Monday, July 15, 2013

Taman Surya Surabaya

Salah satu murid private Samurai Indonesia adalah pak Denny, yang menjabat sebagai Kepala Bagian Pengembangan Kapasitas Satuan Polisi Pamong Praja Surabaya, sore ini mengajak latihan sore hari di Taman Surya (taman Walikotamadya) Surabaya sambil menunggu maghrib.



Karena latihan outdoor diatas paving maka shoden waza dilakukan secara berdiri (tachi).

Selain itu nanahonme no kata menjadi santapan wajib.



Seperti biasa, Alex selalu menemani Kenji Sekiguchi disetiap kesempatan mengajar iaijutsu.



Dari kiri ke kanan: Pak Denny, Kenji Sekiguchi, Alex sensei

Tuesday, July 9, 2013

Andapun bisa punya dojo samurai

Kapan sensei rencana buka cabang di kota "A"? Kapan anda buka dojo cabang di kota "B"? Pertanyaan seperti itu sering dilontarkan oleh mereka yang di kota nya tidak ada cabang Samurai Indonesia. Jawaban kami selalu sama: "Tidak punya rencana". Kenapa? Sederhana, buka dojo itu sama dengan harus rutin mengajar minimal seminggu sekali, sedangkan rumah Kenji sensei di Sidoarjo Jawa Timur, lalu anda suruh Kenji sensei riwa riwi pulang pergi tiap seminggu sekali keluar kota ke kota anda untuk mengajar? Sangat tidak mungkin... Kecuali salah satu instructor Samurai Indonesia ada yang pindah rumah ke luar kota di kota anda barulah ada kemungkinan untuk buka dojo disana.



Perlu diketahui, dojo-dojo cabang Samurai Indonesia yang saat ini ada di kota kota selain Surabaya dan Sidoarjo adalah tidak dibuka oleh Kenji sensei, tetapi ada satu orang atau beberapa orang yang berinisiatif untuk membuka study club, yaitu kelompok latihan bersama dengan mengundang Kenji sensei setahun 2x (6 bulan sekali) selama bertahun-tahun sampai akhirnya saat ini anda lihat di daftar dojo ada Sidoarjo, Surabaya, Tangerang Selatan, Jakarta, Yogyakarta, Bogor, Bandung, Palembang, Bali dan Gorontalo. Itu mereka semua dulu tidak menunggu, tetapi berinisiatif mengadakan latihan bersama dengan membentuk kelompok Study Club dan lama-lama menjadi dojo cabang. Nah, anda mau di kota anda ada dojo Samurai Indonesia? Jangan menunggu kapan dibuka, karena tidak bakalan dibuka jika tidak ada orang lokal yang berinisiatif.


Tertarik untuk buka dojo cabang Samurai Indonesia?





Jika anda tinggal di kota yang jauh dari dojo cabang Samurai Indonesia yang sudah ada di beberapa kota yang tertulis di Info dan Pendaftaran, anda berkesempatan untuk bisa memiliki dojo sendiri di kota anda dan berlatih ilmu beladiri pedang samurai Muso Jikiden Eishin ryu Iaijutsu.

Syaratnya mudah, untuk awalnya kumpulkan sekitar 4 atau lebih orang yang juga tertarik untuk bergabung dan latihan iaijutsu, cari/sewa tempat latihan yang nantinya jadi dojo. Buka pendaftaran murid baru juga, sebarkan brosur, pasang iklan di koran, pasang spanduk dsb.

Undang Kenji Sekiguchi sensei untuk memberikan latihan intensive selama 3 hari, per hari nya 3-4 jam, tentu saja siapkan fisik anda, latihan iaijutsu tidak seringan yang kebanyakan orang kira. ;-) Undang Kenji Sekiguchi sensei setiap 6 bulan sekali (dalam jawa) atau 1 tahun sekali (luar pulau) untuk latihan intensive dan ujian kenaikan tingkat.

Jika anda sudah lakukan semua itu, kelompok anda akan resmi jadi study club cabang Samurai Indonesia. Anda boleh memimpin latihan iaijutsu dan menerima pendaftaran murid baru. Anda harus menunggu sampai tingkatan tertentu sampai study club anda resmi menjadi dojo.

Catatan: Jika anda hanya seorang diri dan ingin mengundang Kenji sensei ke kota anda untuk latihan private iaijutsu, anda bisa dan tidak perlu mengumpulkan 4 orang.

Contoh kelas private di Bandung yang rencana nya akan dibentuk sebagai study club.

Untuk info lebih lanjut silahkan hubungi kami:
SMS/Whatsapp: 081357635764 (NO CALL)

Monday, July 8, 2013

F.A.Q



1. Apa itu iaijutsu?
Jawab: Iaijutsu adalah beladiri pedang samurai yang melibatkan seni mencabut pedang dengan cepat (baca: timing nya tepat), sekaligus menebas lawan atau menangkis dan menebas, didalam kondisi yang tidak siap tempur sekalipun.

2. Apa bedanya iaijutsu dengan kendo?
Jawab: kendo adalah olahraga fencing modern (game pedang-pedangan seperti anggar kalau di eropa) yang menggunakan shinai (pedang bambu yang bentuknya lurus, tidak memiliki curvature seperti layaknya katana), dan memakai pelindung untuk shiai (bertanding) dengan posisi kamae (posisi pedang sudah tercabut dan siap tempur), kemudian saling tebas dan menangkis dengan target sasaran yang sudah ditentukan (menebas anggota tubuh lain tidak mendapat point). Iaijutsu adalah beladiri tradisional yang usianya lebih dari 450 tahun dan telah survive di era para samurai. Iaijutsu latihannya menggunakan pedang tajam (katana) sungguhan dan sayatsuki bokuto (pedang kayu yang ada sarung pedangnya) yang terdiri dari rangkaian kata (jurus), bunkai (aplikasi dari kata) dan kumitachi (semacam latihannya kenjutsu tradisional yaitu kata berpasangan). Kata-kata dalam iaijutsu diciptakan berdasarkan situasi pertempuran nyata yang dialami oleh si pencipta, sasaran tebasan: semua anggota tubuh mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki, bahkan di situasi tertentu, punggung lawan. Dan seperti di beladiri jujutsu, aikijujutsu atau aikido, tidak ada shiai (pertandingan) di iaijutsu. Dan seperti di jujutsu, aikijujutsu dan aikido, meskipun merupakan beladiri non competition, beladiri ini melatih praktisinya untuk terbiasa menghadapi beraneka macam serangan dari segala macam arah dan posisi. Iaijutsu berbeda dengan iaido aliran tertentu yang hanya latihan kata tanpa kumitachi dan bunkai, di iaijutsu praktisi nya harus latihan kumitachi dan bunkai dari semua kata, sehingga terbiasa dengan timing dan maai sebagaimana tori dan uke di aikijujutsu. Di zaman modern karena kita tidak menyelesaikan masalah dengan menyilangkan pedang, maka latihan iaijutsu lebih ditekankan untuk improving diri sendiri untuk menjadi orang yang lebih baik. Lebih menghargai dan menghormati orang lain, menekan ego kita, mencintai keindahan, dan mencintai sesama manusia. Namun demikian, skills iaijitsu akan sangat bisa dipakai jika sewaktu-waktu sang praktisi harus membela diri dan keluarganya dari orang yang berniat jahat.

3. Apakah latihan iaijutsu harus pakai pedang tajam?
Jawab: untuk latihan kata paling ideal memakai pedang tajam (shinken), tetapi jika belum punya karena harganya relative mahal, boleh menggunakan sayatsuki bokuto.


Kenji Sekiguchi sensei memperagakan kata dan tameshigiri menggunakan shinken

4. Kalau saya sudah punya pedang tajam (shinken) apakah tetap harus pakai bokuto untuk latihan?
Jawab: tetap harus punya sayatsuki bokuto, karena latihan kumitachi (latihan berpasangan) dan bunkai (aplikasi kata berpasangan dengan 1 atau lebih dari 1 partner) lebih aman jika menggunakan sayatsuki bokuto, terutama untuk murid baru.

5. Saya tidak mau pakai pedang tajam (shinken), saya takut terluka, saya mau pakai iaito (pedang tumpul) saja apakah boleh?
Jawab: boleh, cuman suatu saat ketika latihan tameshigiri (latihan menebas target yang berupa bambu atau tikar tatami yang digulung) anda mau tidak mau harus pakai shinken, dan sebaiknya tameshigiri tidak pinjam shinken orang lain. Dan di level tertentu anda harus perform menggunakan shinken untuk ujian kenaikan tingkat, tapi itu mungkin masih 4-5 tahun lagi dan saat itu pasti (kami yakin) anda sendiri yang merasa sudah harus pakai shinken tanpa disuruh lagi... ;-)

6. Apakah saya harus pakai hakama untuk latihan iaijutsu?
Jawab: harus, dan tidak ada pengganti hakama dalam bentuk apapun.

7. Apakah saya harus pakai tabi untuk latihan iaijutsu?
Jawab: harus, dan harus warna PUTIH. Boleh pakai kaos kaki putih sebagai gantinya tabi jika kesulitan mendapatkan tabi di Indonesia. Pastikan kaos kaki yang terbelah dibagian ibu jarinya. Baca disini tentang tabi

8. Saya sudah punya bokken karena saya juga latihan aikido, apakah saya tetap harus beli sayatsuki bokuto?
Jawab: tidak harus beli lagi, tapi anda harus membuat "saya" nya (sarung pedang). Walaupun saran kami sebaiknya beli lagi sayatsuki bokuto dengan panjang nagasa yang sesuai dengan aliran kita. Bokken aikido biasanya kurang panjang untuk ukuran pedang standard Komei Juku.

9. Apakah saya boleh pakai sabuk beladiri lain sebagai gantinya kaku obi?
Jawab: Tidak boleh. Pakaian seorang samurai adalah pakaian tradisional termasuk obi nya. Di zaman samurai tidak ada sabuk dengan warna tertentu sebagai penunjuk tingkatan tertentu. Juga cara mengikat kaku obi adalah cara tradisional, soke (grand master) Sekiguchi Komei sensei sendiri mengajarkan bagaimana cara mengikat kaku obi yang benar dan bagaimana cara memakai hakama secara tradisional yang benar di seminar iaijutsu yang diadakan di Sidoarjo Jawa Timur Indonesia, menunjukkan pentingnya kita sebagai praktisi iaijutsu mengetahui dan mempraktekkan iaijutsu secara keseluruhan, bukan setengah-setengah. Keseluruhan dalam arti baik pakaian nya maupun ilmu dan filosofinya. Baca tentang kaku obi disini.

10. Sejak kapan Samurai Indonesia berdiri?
Jawab: Kenji Sekiguchi sensei mengajar iaijutsu sejak tahun 2004, Samurai Indonesia resmi tercatat sebagai organisasi beladiri di kantor notaris Surabaya pada bulan Januari 2005. Samurai Indonesia resmi menjadi Indonesia Komei Juku, official representative Komei Juku Honbu Dojo Jepang pada bulan Oktober 2007. Arti logo Samurai Indonesia klik disini.

11. Apakah ada batasan usia utk mengikuti latihan iaijutsu?
Jawab: Anak kecil mulai usia 6 tahun sampai dewasa usia 60 tahun bisa ikut latihan iaijutsu.
Klik disini untuk baca tentang latihan iaijutsu untuk anak-anak
Klik disini untuk baca tentang latihan iaijutsu untuk lanjut usia (60 tahun keatas)

12. Berapa tahun saya lulus?
Jawab: Iaijutsu adalah life time martial arts (beladiri seumur hidup). Tidak ada habisnya untuk dipelajari. Tetapi jika anda tanya berapa tahun saya mencapai tingkatan Yudansha, maka jawabnya: Jika anda rajin latihan, tidak pernah bolos (bahkan menambah jam latihan dengan datang ke rumah instruktur anda dan minta latihan tambahan) mungkin sekitar 4-5 tahun anda akan mencapai tingkatan Yudansha.

13. Apakah ada attribute atau warna tertentu yang membedakan antar tingkatan?
Jawab: Tidak ada. Tidak ada sabuk, attribute atau warna tertentu yang membedakan antar tingkatan, bahkan pakaian latihan yang anda (murid baru) kenakan dengan yang dikenakan oleh Soke (Grand Master) Sekiguchi Komei sensei tidak ada bedanya.

14. Apa arti dari Muso Jikiden Eishin ryu?
Jawab: Muso artinya tak tertandingi, julukan muso ini diberikan oleh shogun Toyotomi Hideyoshi sekitar tahun 1590 pada saat grandmaster ke 7 Hasegawa Eishin mendemonstrasikan teknik iaijutsu ini didepan shogun Toyotomi Hideyoshi, waktu itu mendapat predikat Muso Ken artinya pedang tanpa tandingan. Jikiden artinya tak terputus, maksudnya adalah lineage (garis silsilah) aliran ini tak terputus mulai dari pencipta hingga generasi berikutnya. Eishin diambil dari nama grandmaster ke 7, Hasegawa Eishin. Ryu artinya aliran.

15. Apa arti dari Komei Juku?
Jawab: Komei adalah nama Grandmaster ke 21 Sekiguchi Takaaki, yang mana kanji Takaaki bisa dibaca Komei. Sedangkan Juku artinya sekolah. Berarti Komei Juku adalah sekolah milik grandmaster Sekiguchi Takaaki.

16. Apakah pedang sabuk (lentur) yang biasa dijual oleh para penjual dengan harga miliaran rupiah termasuk pedang samurai?
Jawab: Bukan! Sama sekali bukan pedang samurai dari era manapun. Itu adalah pedang fantasy, bukan pedang samurai, bukan pedang Jepang, bukan pedang ninja. Silahkan baca disini untuk referensinya: http://www.japaneseswordindex.com/repro.htm

17. Berapakah panjang pedang yang dipakai di Samurai Indonesia?
Jawab: Biasanya untuk pemula pakai pedang dengan panjang standard aja. Para murid senior Komei Juku memakai pedang dengan panjang blade 1/2 dari tinggi badan praktisinya. Contoh: si A tingginya 180cm, maka panjang blade nya adalah 90cm. Tidak menutup kemungkinan murid senior Komei Juku memakai panjang blade yang melebihi 1/2 tinggi badannya. Seperti Kenji sensei tinggi badan 174cm, tetapi panjang bladenya 91cm.


Sunday, July 7, 2013

Sekiguchi Komei - Peaceful Way of the Samurai



A sharp weapon shouldn't always be linked to violence, according to Sekiguchi Komei, 63 y.o. (when this article was written in 2008), a grandmaster iaijutsu, who, with his samurai sword, is actively campaigning for world peace.

In mid-April, Sekiguchi visited Sidoarjo in East Java to train students from the Komei Juku Shibucho institution of Indonesia. During his visit he also presented iaijutsu to dozens of students at one of the international schools in Surabaya.

Sekiguchi trained many students during his visit, including Angelina, 10, Alexander Rizki Maulana, 8, and Prince Muhammad Paradise, 7 --three students of the Komei Juku Shibucho institution.

In Indonesia, the use of dangerous weapons, such as firearms, is tightly regulated: Only adults who have been trained to use the sharp samurai sword can obtain a license from the police.

To the three young students, Sekiguchi said, "You have to be trained with discipline and must not be arrogant. The samurai isn't there to hurt other people but to protect the weak. And always make sure you care about peace."

He learned these lessons during his own training, "Because of my arrogance, my hands and my feet were cut by the sword when I was training. That was a worthy lesson."

Sekiguchi started learning iaijutsu in high school. Before that, he studied goju ryu karate, kendo, kobudo and yawara. He is now soke (head) of the 21st Hayashizaki generation.

Iaijutsu differs from kendo or wushu: Iaijutsu is a source of samurai knowledge that teaches the practitioner how to handle the sword with fast actions and supple movements.

Iaijutsu was developed by Hayashizaki Jinsuke Shigenobu. It comes from the Japanese word "i", which means "become" or "sit". For its practitioners, iaijutsu is considered the art of living in harmony.

"I live only for the samurai sword. This has been bushido (the noble way) for me," Sekiguchi told The Jakarta Post.

The samurai believe Japan was created by the sword, A sword was dipped into the sea, and when it was raised, the drops of seawater that fell from it were transformed into the archipelago now known as Japan.

So when Japan embraced a policy of modernization, many attitudes were colored by the turbulent events driven by samurai.

One of these issues was raised by John Logan, who wrote the book adapted for the screen as The Last Samurai, which told the story of the struggle between Katsumoto (Ken Watanabe) and Captain Nathan Algren (Tom Cruise), the American commander who became a turncoat.

Katsumoto went to war against Japanese troops who had been influenced by the United States, to defend the way of the samurai and reject Western modernization.

Sekiguchi, however, gives a different interpretation of the meaning of the modern samurai struggle, which created a new image of the samurai in Japan.

"The samurai should not be in the service of an employer. He is a servant for world peace."

Sekiguchi laments that Japanese youth have forgotten the way of the samurai and prefer to wear Western dress rather than to dress like a samurai. But he hasn't chosen to combat this trend by raising arms as in the heroic story of The Last Samurai.

Sekiguchi finds it difficult to hide his sorrow at the erosion of samurai culture, which includes the disappearance of the ritual known as genpuku. This is an initiation ceremony for 13-year-old boys, who receive a wakizashi, an adult name to become a samurai.

In response to these changes, Sekiguchi sought to influence the Japanese education curriculum to preserve the samurai culture for future generations. His efforts have been rewarded: The Japanese government now plans to include samurai lessons among its extracurricular activities at junior high and high schools.

"I'm not the only person who cares about the samurai. But I teach the younger generation to always remember the moral code that has underpinned Japan's rise from the destruction that followed the Hiroshima and Nagasaki bombs," he said.

Sekiguchi, who is also the president of the International Iaijutsu Association and president of the Japanese Association of Classical Martial Art Iaido, has visited 50 countries across Asia and Europe to teach iaijutsu to hundreds of students.

"Iaijutsu has taught me about respect, beauty and individual spirit. I have found freedom and peace through appreciating people as individuals, and other people," he said.

"Iaijutsu teaches us that though we differ one from another, we should not use those differences to build nationalism."

Sekiguchi told a story about one of his students called Jim, an American soldier who had fought in the Middle East.

While the war raged, Jim's emotions also raged: He couldn't stand to see the misery of the victims of the war. He longed for a peaceful life. To cure his anguish, he trained some people, including the children of Iraq war victims, in iaijutsu.

Besides training them in how to use the sword, Jim also taught the ideology of peace through iaijutsu.

"He keeps sending me letters which express the hope that peace can be created there. He is still training children who are victims in Iraq."

But Sekiguchi had little to say about the conflict in the Middle East, commenting only that it was political.

His single message is a simple one: "The wealth of a nation isn't measured by the quantity of its natural resources. If a nation wants to be rich, it should measure the worth of its moral values."


Source: Indra Harsaputra, The Jakarta Post
Surabaya May 26 2008, 10:19 AM

Saturday, July 6, 2013

PROMO LEBARAN GRATIS UANG PENDAFTARAN



Khusus untuk Samurai Indonesia honbu dojo (Surabaya dan Sidoarjo) memberikan pendaftaran gratis (FREE uang pendaftaran) selama bulan Ramadhan tahun 2013 sampai Hari Raya Idul Fitri 2013. Jadi jika anda daftar sekarang juga, anda hanya bayar uang SPP bulanan saja, dengan gratis uang pendaftaran yang 100rb.

So tunggu apalagi? daftarkan diri anda atau putra putri anda sekarang juga.

Berlaku untuk murid lama yang lebih dari 3 bulan non-aktif dan akan aktif kembali jika aktif (registrasi ulang) di bulan Ramadhan, FREE uang pendaftaran ulang, dan hanya membayar uang iuran bulanan.

Selama bulan Ramadhan di Surabaya dan Sidoarjo tetap ada latihan iaijutsu seperti biasanya.

Thursday, July 4, 2013

Latihan 4 July 2013, ketepatan nukitsuke

Latihan malam ini terasa istimewa, hanya latihan ber-4 dengan anak-anak karena Ony san berhalangan, latihan beberapa bunkai, chuden hayanuki dan ketepatan nukitsuke. Latihan lebih banyak ditekankan pada ketepatan nukitsuke seperti main game, Prince menang dalam game ini. Good job Prince! ;-)



Prince




Alex




Angel

Para Instruktur Samurai Indonesia

Dibawah ini adalah para instruktur aktif dan murid yang sudah mencapai level Menkyo di Samurai Indonesia.


Kenji Sekiguchi sensei, pendiri Samurai Indonesia, Indonesia Komei Juku Shibucho dan ketua dewan guru Samurai Indonesia. Mengajar rutin di Surabaya dan Sidoarjo dan menerima undangan ke luar kota manapun untuk mengajar PRIVATE.



Ony Wibowo sensei



Alexander Rizqi Maulana sensei, mengajar di Sidoarjo dan Surabaya.



Prince Muhammad Paradise sensei, mengajar di Sidoarjo dan Surabaya.



Angelina Qurrota Azizah sensei





Erwin Zaenal Natawilaga sensei, instruktur utk wilayah Tangerang Selatan dan juga memegang posisi sebagai Head Instructor utk wilayah Jabodetabek.



Tri Novanhadi sensei, mengajar di Surabaya



Abdurrahman Lizzaba sensei, instruktur dojo Surakarta



Yoppy Purnama sensei,
Mengajar private dan regular di Tangerang



Catatan: beberapa instructor diatas selain mengajar di dojo juga menerima latihan private Komei Juku Muso Jikiden Eishin ryu Iaijutsu.

Selain instruktur-instruktur yang disebutkan diatas, kami masih mempunyai assisten instruktur-assisten instruktur baik di Surabaya-Sidoarjo, Jakarta-Tangerang, Yogyakarta, Bogor, Bandung, Palembang dan Gorontalo.

Untuk kota-kota lain yang tidak disebutkan diatas, kami memberikan kesempatan bagi perorangan maupun kelompok untuk membuka study club Samurai Indonesia, silahkan hubungi Kenji Sekiguchi sensei untuk info lebih lanjut melalui email di kolom Contact Us, atau: SMS/Whatsapp: 081357635764 (NO CALL).

Monday, July 1, 2013

Video-Video Samurai Indonesia

Kenji sensei


Alex sensei


Prince sensei



Iaijutsu Performance at JAPAN NOW February 2017



Rewild Your Samurai Soul




My Soul is Samurai



Kenji Sekiguchi - Chuden Hayanuki Oktober 2016





Sesi latihan Tameshigiri setelah ujian iaijutsu Desember 2014





Liputan Trans 7 Hitam Putih - 19 Juni 2014





Liputan Trans 7 Wisata Malam - 7 Mei 2014




Liputan Eishin Dojo Surabaya oleh AN-TV




Kenji Sekiguchi demo di Pakuwon Golf & Family Club Surabaya




Demonstrasi Iaijutsu di House of Sampoerna Surabaya





Liputan Eishin dojo oleh TRANS-7




Demo Iaijutsu di pelatihan akting PARFI KORDA JATIM




Angel, Alex dan Prince demo Iaijutsu di Pakuwon Golf and Family Club Surabaya




Outdoor Chanoyu oleh Kenji Sekiguchi sensei




Sword and Brush




Kenji Sekiguchi sensei berperan sebagai samurai di iklan Axis Pro dirilis tanggal 18 Maret 2012




Chanoyu oleh Kenji Sekiguchi sensei, Alex sebagai Okyaku san, dan Prince sebagai Hanto san




Demo Komei Juku Muso Jikiden Eishin ryu Iaijutsu mixed with Aikido by Alex sensei dan Prince sensei





Tameshigiri oleh Alex sensei




Tameshigiri oleh Prince sensei



Angelina sensei ketika ujian Menkyo Shoden






Kepribadian Yamauchi Yodo (atau Toyoshige; 1827-72)



Yamaucho Yodo (kakek Yamauchi Toyotake) mulai latihan iaijutsu dari usia yang sangat relative muda, saat dia masih member cabang Minami-yashiki dari keluarga Yamauchi. Tetapi baginya teknik pedang atau pedang itu sendiri bukanlah hal yang paling penting. Yodo sering mengatakan, "seorang daimyo haruslah memiliki pikiran samurai sebagai pedangnya dan tidak mengandalkan pada senjata fisik."

Sejak restorasi Meiji di tahun 1868, Jepang telah meletakkan langkah awalnya kearah demokrasi modern, dan saat ini semua lapisan masyarakat dari seluruh Jepang bisa berpartisipasi dalam politik. Tetapi bahkan di era modern ini masyarakat seharusnya mengambil contoh usaha-usaha para daimyo era pertengahan yang selalu mendengarkan kebutuhan rakyatnya dengan segala ketulusan dan tanpa memasukkan kepentingan pribadi dalam agendanya. Dalam pengertian ini, bahkan hingga saat ini perkataan Yodo benar-benar tidak kehilangan signifikan nya.

Lebih lanjut lagi, mereka yang berpegang teguh pada senjata yang selalu mereka bawa, atau dengan kata lain, mereka yang selalu membawa pedang sebagai simbol kekuasaan mereka atau politik mereka atau kekuasaan militer mereka, seringkali cenderung lupa bahwa harga diri seseorang hanya bisa ditemukan oleh dirinya sendiri, dengan melihat pada dan inspeksi jiwanya sendiri. Yodo juga memahami hal ini. Dia memiliki 2 buah pedang yang sangat berharga dari masa Kamakura, salah satunya ditempa oleh Kunitoshi dan satunya lagi ditempa oleh Masamune (yang berukuran panjang kira-kira 76cm), yang dia berikan ke orang lain dengan mudahnya. Suatu ketika, Yodo meninggalkan kediamannya dengan diam-diam dan dengan gaya bercanda menukarkan pedangnya dengan jasa guide seorang pelukis, sambil berkata dia lebih merasa nyaman tanpa pedang yang berat. Dimasa akhir keshogunan Tokugawa memang pedang berat menjadi sangat diminati. Pedang berat membuat ahli pedang tidak hanya bisa mengiris lawannya tetapi bisa membelahnya seketika. Para penasihat Yodo merasa kuatir dengan sikap Yodo terhadap pedang hingga akhirnya menghadiakan sebuah pedang yang sangat luar biasa kuat tetapi ringan dan ramping yang sesuai minatnya. Di hari berikutnya, Yodo membawa pedang barunya dengan menyelipkannya di kaku obinya, meninggalkan kediamannya sendirian dengan menunggangi seekor kuda untuk mengunjungi seorang teman. Tetapi, lagi-lagi Yodo mengejutkan para penasihat dan wakilnya saat pulang tanpa pedangnya. Dia telah menukarkan pedangnya dengan temannya untuk sebuah shodo kakejiku (hanging scroll) yang ditulis oleh scholar Neo Confucian Rai Sanyo (1786-1832) yang mana Yodo sangat menyukai kakejiku tersebut.

Biography Founder: Hayashizaki Jinsuke Shigenobu (1546-1621)

Diceritakan bahwa Shigenobu menyendiri selama kira-kira seratus hari di kuil Hayashizaki Myojin di Tateoka (Yamagata Prefecture), dimana dia mendapatkan inspirasi spiritual untuk teknik pedang dengan bentuk baru yang disebut Muso-Ken. Shigenobu adalah juga dianggap sebagai founder untuk aliran-aliran pedang berikut ini; Hayashizaki Shinmei Muso ryu, Muso ryu, Hayashizaki ryu, Hayashizaki Jinsuke ryu, Muso Shinden ryu dan Jushin ryu (satu style yang melibatkan basic teknik iai yang menggunakan Odachi [pedang panjang yang berukuran nagasa sekitar 1 meter], yang dikombinasikan dengan koshigatana yang berukuran 28 sampai 29cm). Dia jugalah yang merancang pedang dengan tsuka panjang. Shigenobu hidup disekitar akhir masa Muromachi (kira-kira tahun Eiroku [1558-70], tetapi legenda menceritakan bahwa dia adalah anak kedua dari Hojo Yasutoki (1183-1242).

Diantara banyak muridnya, beberapa ahli pedang berikut ini layak untuk disebutkan: Katayama Hoki no Kami Fujiwara no Hisayasu (yang juga disebutkan bahwa Katayama juga menyendiri di kuil Atago di Kyoto; adalah founder Hoki ryu), Sekiguchi Hachiroemon Jushin (atau Ujimune, founder Sekiguchi ryu, bentuk kombinasi iai Hayashizaki ryu dan teknik kumiuchi (grappling/gulat) Miura Yojiemon, dan Tamiya Heibei Narimasa (founder Tamiya ryu, Koda [atau Furuta] ryu, Shin Tamiya ryu dan Kishu Tamiya ryu).

Toyotomi Hideyoshi (Penguasa militer Jepang antara tahun 1582-1598) memuji Hayashizaki Jinsuke Shigenobu sebagai ahli pedang tanpa tandingan (Muso) setelah menyaksikan performance teknik iaijutsu nya.



_sumi-e oleh Kenji Sekiguchi_

Kurikulum Komei Juku Muso Jikiden Eishin ryu Iaijutsu




Shoden: Seiza No Bu (Omori Ryu)

1. Mae (Front)
2. Migi (Right)
3. Hidari (Left)
4. Ushiro (Rear)
5. Yaegaki (Barriers Within Barriers)
6. Ukenagashi (Flowing Block)
7. Kaishaku (Suicide Assistant)
8. Tsukekomi (Seize Opportunity)
9. Tsukikage (Moon Shadow)
10. Oikaze (Chase the Wind)
11. Nukiuchi (Draw and Cut)

Chuden: Tate Hiza No Bu

1. Yokogumo (Cloud Bank)
2. Tora No Issoku (One Leg of a Tiger)
3. Inazuma (Lightning)
4. Ukigumo (Floating Clouds)
5. Yama Oroshi (Mountain Wind)
6. Iwanami (Waves Breaking Against Rocks)
7. Urokogaeshi (Sudden Turn)
8. Namigaeshi (Returning Wave)
9. Takiotoshi (Cascading Waterfall)
10. Makko (Face to Face)

Okuden: Tachi Waza No Bu

1. Yukizure (Escorted)
2. Tsuredachi (Companions)
3. Somakuri (All Around)
4. Sodome (Stop Everything)
5. Shinobu (Stealthy)
6. Yukichigai (Passing By)
7. Sode Surigaeshi (Brushing Sleeves)
8. Moniri (Entrance Gate)
9. Kabezoe (Against the Wall)
10. Ukenagashi (Flowing Block)

Okuden: Ittomagoi

1. Ittomagoi Sono Ichi (Farewell Visit One)
2. Ittomagoi Sono Ni (Farewell Visit Two)
3. Ittomagoi Sono San (Farewell Visit Three)

Okuden: Suwari Waza No Bu

1. Kasumi (Haze)
2. Sunegakoi (Shin Protection)
3. Tozume (Boxed In by the Doors)
4. Towaki (Beside the Door)
5. Shihogiri (Four Direction Cut)
6. Tanashita (Beneath a Shelf)
7. Ryozume (Boxed-in on Both Sides)
8. Torabashiri (Running Tiger)

Extra Forms
Eishin Ryu Bangai no Bu
Eishin Style Compilation Set
Bangai artinya tidak diberi nomer atau di luar urutan, Perlu diperhatikan bahwa tiap-tiap kata ini mewakili 2 atau lebih teknik dari seri utama. Sensei biasanya suka melakukan seri ini dalam hayanuki.

1. Hayanami (Fast Wave)
2. Raiden (Thunder and Lightning)
3. Jinrai (Thunderclap)

To Ryu Bangai No Bu
To Style Compilation Set
Seri ini adalah seri kompilasi yang unik di dalam Komei Juku. Yang pertama biasanya dilakukan dalam posisi seiza, kata kedua dari posisi tatehiza, dan sisanya dari posisi berdiri. Saat dilakukan dengan cara hayanuki, urutannya berubah dan semua teknik dilakukan dari posisi berdiri.

1. Mae (Front)
2. Aranami (Stormy Seas)
3. Kesa Guruma (Scarf Wheel)
4. Tachi Guruma (Waterfall Wheel)
5. Tatsumaki (Tornado)

Toho Waza
Sword Method Techniques
Seri ini diciptakan oleh ZNIR sebagai perwakilan beberapa aliran iai, sebagai semacam persamaan umum di antara style. Kata-kata ini dilakukan dengan kiai. Dua kata pertama dilakukan dari posisi seiza, sisanya dari posisi berdiri. Nama-nama ryuha di dalam kurung adalah asalnya kata tersebut diambil.

1. Mae (Front: Muso Jikiden Eishin Ryu)
2. Zengo Giri (Front and Rear Cuts: Mugai Ryu)
3. Kiriage (Rising Cut: Shindo Munen Ryu)
4. Shihogiri (Four Direction Cuts: Suio Ryu)
5. Kisaki Gaeshi (Flip the Sword's Tip: Hoki Ryu)

Tachiuchi No Kurai
Two Person Forms

Nanahon Me No Kata
The Seven Kata
Saat Oe Sensei membentuk kembali aliran ini ada banyak sekali kata berpasangan, tetapi kebanyakan teknik-tekniknya memiliki kemiripan yang diulang-ulang. Dengan menghapus beberapa kata yang diulang-ulang tersebut Oe Sensei mengkompilasi seri kata berpasangan ini dari bentuk aslinya menjadi 7 kata.

1. Deai (First Meeting)
2. Kobushi Dori (Fist Grasp)
3. Zetsumyoken (Unbeatable Sword)
4. Dokumyoken (Miraculous Sword)
5. Tsubadome (Hand Guard Stop)
6. Ukenagashi (Flowing Block)
7. Mappo (Face to Face)

Tsume-Iai
Squeezed-In Sword Drawing
Tsume adalah menyisipkan. Sensei menjelaskan mengenai nama ini, beliau menjelaskan bahwa kata-kata ini lebih banyak mengenai jarak (ma'ai), dan seringkali jaraknya terlalu dekat dari sisi kenyamanan. Sering kali kata-kata ini hanya dilakukan oleh praktisi yang sudah sangat berpengalaman dengan menggunakan shinken (pedang tajam).

1. Hasso (Eight-Phased)
2. Kobushidori (Fist Grasp)
3. Namigaeshi/Iwanami (Returning Wave/Waves Breaking Against Rocks)
4. Yaegaki (Barriers Within Barriers)
5. Urokugaeshi (Sudden Turn) also known as Urokogatta
6. Kuraiyurumi (Situation of Inequality)
7. Tsubame Gaeshi (Swallow Counter)
8. Ganseki Otoshi (Stone Drop)
9. Suigetsuto (Moon on the Water Sword)
10. Kazumiken (Mist Sword)
11. Uchikomi (Invasion)

Syllabus di atas belum termasuk hayanuki, henka, bunkai, tameshigiri dan oral transmission.