Monday, July 1, 2013

Kepribadian Yamauchi Yodo (atau Toyoshige; 1827-72)



Yamaucho Yodo (kakek Yamauchi Toyotake) mulai latihan iaijutsu dari usia yang sangat relative muda, saat dia masih member cabang Minami-yashiki dari keluarga Yamauchi. Tetapi baginya teknik pedang atau pedang itu sendiri bukanlah hal yang paling penting. Yodo sering mengatakan, "seorang daimyo haruslah memiliki pikiran samurai sebagai pedangnya dan tidak mengandalkan pada senjata fisik."

Sejak restorasi Meiji di tahun 1868, Jepang telah meletakkan langkah awalnya kearah demokrasi modern, dan saat ini semua lapisan masyarakat dari seluruh Jepang bisa berpartisipasi dalam politik. Tetapi bahkan di era modern ini masyarakat seharusnya mengambil contoh usaha-usaha para daimyo era pertengahan yang selalu mendengarkan kebutuhan rakyatnya dengan segala ketulusan dan tanpa memasukkan kepentingan pribadi dalam agendanya. Dalam pengertian ini, bahkan hingga saat ini perkataan Yodo benar-benar tidak kehilangan signifikan nya.

Lebih lanjut lagi, mereka yang berpegang teguh pada senjata yang selalu mereka bawa, atau dengan kata lain, mereka yang selalu membawa pedang sebagai simbol kekuasaan mereka atau politik mereka atau kekuasaan militer mereka, seringkali cenderung lupa bahwa harga diri seseorang hanya bisa ditemukan oleh dirinya sendiri, dengan melihat pada dan inspeksi jiwanya sendiri. Yodo juga memahami hal ini. Dia memiliki 2 buah pedang yang sangat berharga dari masa Kamakura, salah satunya ditempa oleh Kunitoshi dan satunya lagi ditempa oleh Masamune (yang berukuran panjang kira-kira 76cm), yang dia berikan ke orang lain dengan mudahnya. Suatu ketika, Yodo meninggalkan kediamannya dengan diam-diam dan dengan gaya bercanda menukarkan pedangnya dengan jasa guide seorang pelukis, sambil berkata dia lebih merasa nyaman tanpa pedang yang berat. Dimasa akhir keshogunan Tokugawa memang pedang berat menjadi sangat diminati. Pedang berat membuat ahli pedang tidak hanya bisa mengiris lawannya tetapi bisa membelahnya seketika. Para penasihat Yodo merasa kuatir dengan sikap Yodo terhadap pedang hingga akhirnya menghadiakan sebuah pedang yang sangat luar biasa kuat tetapi ringan dan ramping yang sesuai minatnya. Di hari berikutnya, Yodo membawa pedang barunya dengan menyelipkannya di kaku obinya, meninggalkan kediamannya sendirian dengan menunggangi seekor kuda untuk mengunjungi seorang teman. Tetapi, lagi-lagi Yodo mengejutkan para penasihat dan wakilnya saat pulang tanpa pedangnya. Dia telah menukarkan pedangnya dengan temannya untuk sebuah shodo kakejiku (hanging scroll) yang ditulis oleh scholar Neo Confucian Rai Sanyo (1786-1832) yang mana Yodo sangat menyukai kakejiku tersebut.

No comments:

Post a Comment